Waspadai Aneurisma Otak: Ancaman Tersembunyi di Balik Pembuluh Darah

Aneurisma otak adalah kondisi ketika terbentuk tonjolan menyerupai balon di pembuluh darah otak. Jika diperhatikan, tonjolan ini tampak seperti buah beri yang menggantung di batang otak. Meskipun tampak kecil, aneurisma bisa menjadi sangat berbahaya jika pecah, karena dapat menyebabkan perdarahan serius di otak yang dikenal sebagai stroke hemoragik.
Aneurisma yang pecah umumnya terjadi di ruang antara otak dan selaput tipis yang melapisinya, dan kondisi ini dikenal dengan istilah perdarahan subarachnoid. Saat pecah, aneurisma menjadi keadaan darurat medis yang mengancam nyawa dan membutuhkan penanganan segera.
Namun, tak semua aneurisma pecah. Banyak kasus aneurisma otak yang tidak pecah dan tidak menunjukkan gejala apa pun. Kondisi ini biasanya ditemukan secara tidak sengaja ketika seseorang menjalani pemeriksaan untuk masalah medis lain. Meski tak bergejala, aneurisma jenis ini tetap perlu diwaspadai karena dalam beberapa kasus, pengobatan dini dapat mencegah pecahnya di masa depan.
Mengenali Gejala Berdasarkan Jenisnya
Gejala aneurisma otak dapat dibagi berdasarkan kondisinya: apakah aneurisma tersebut sudah pecah atau belum.
1. Aneurisma Otak Tidak Pecah
Pada tahap ini, gejala sering kali tidak muncul, kecuali jika tonjolan aneurisma bertambah besar dan menekan jaringan saraf. Beberapa tanda yang bisa dirasakan antara lain:
- Gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda atau kehilangan sebagian penglihatan
- Rasa nyeri di sekitar mata
- Mati rasa atau kelemahan pada satu sisi wajah
- Kesulitan berbicara
- Sakit kepala
- Kehilangan keseimbangan
- Sulit berkonsentrasi
- Masalah memori jangka pendek
2. Aneurisma Otak Pecah
Ketika aneurisma pecah, gejala yang muncul sangat intens. Salah satu ciri utamanya adalah sakit kepala mendadak dan sangat menyakitkan, terasa seperti dipukul benda tumpul. Gejala lain yang menyertainya bisa berupa:
- Kehilangan kesadaran
- Kejang
- Mual dan muntah
- Penglihatan buram atau ganda
- Kebingungan mendadak
- Leher kaku atau nyeri
- Sensitivitas terhadap cahaya
- Kelemahan pada satu sisi tubuh
Apa Penyebabnya?
Aneurisma otak muncul karena adanya kelemahan pada dinding pembuluh darah. Otak sendiri memerlukan suplai darah besar, yang dialirkan melalui empat pembuluh utama dari leher. Pembuluh-pembuluh ini kemudian bercabang seperti ranting pohon. Titik percabangan inilah yang paling rentan karena strukturnya lebih lemah.
Faktor Risiko yang Perlu Diketahui
Beberapa faktor dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami aneurisma otak, antara lain:
- Merokok: Zat dalam asap rokok merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko aneurisma.
- Tekanan darah tinggi: Terutama bila disertai obesitas, konsumsi garam berlebih, kekurangan serat dari sayur dan buah, serta konsumsi alkohol.
- Riwayat keluarga: Faktor genetik dapat memengaruhi risiko, terutama jika ada orang tua atau saudara kandung yang mengidap aneurisma otak.
- Usia: Semakin bertambah usia, risikonya makin besar. Kebanyakan kasus ditemukan pada usia di atas 40 tahun.
- Jenis kelamin: Wanita memiliki risiko lebih tinggi, khususnya setelah menopause akibat penurunan hormon estrogen.
- Kondisi bawaan: Misalnya kelemahan pembuluh darah sejak lahir.
- Cedera kepala berat: Trauma otak dapat memicu terbentuknya aneurisma, walau jarang.
- Penyakit ginjal polikistik autosomal: Kondisi genetik ini menyebabkan tumbuhnya kista di ginjal, yang bisa berkaitan dengan aneurisma.
- Gangguan jaringan ikat: Seperti sindrom Ehlers-Danlos atau Marfan yang menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi lemah.
- Koarktasio aorta: Penyempitan pembuluh darah utama yang sudah ada sejak lahir juga berhubungan dengan risiko aneurisma.
Langkah Diagnostik yang Diperlukan
Untuk memastikan keberadaan aneurisma otak, dokter akan menanyakan keluhan, riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, serta pola aktivitas sehari-hari. Jika dicurigai mengarah ke aneurisma, beberapa pemeriksaan lanjutan akan dilakukan:
- CT Scan
Pasien akan diberikan zat kontras sebelum dilakukan pemindaian otak untuk memperjelas gambaran pembuluh darah.
- MRI
Digunakan untuk melihat aneurisma berukuran lebih dari 3–5 mm. Sama seperti CT Scan, pemeriksaan dilakukan sambil pasien berbaring.
- Angiogram
Dengan bantuan bius, alat menyerupai selang dimasukkan dari pembuluh darah kaki hingga ke otak. Pewarna disuntikkan dan gambar pembuluh darah ditampilkan di monitor untuk mendeteksi titik lemah.
- Pemeriksaan Cairan Serebrospinal
Dilakukan jika dicurigai perdarahan subarachnoid. Dokter akan mengambil sampel cairan tulang belakang menggunakan jarum khusus.
Penanganan Aneurisma Otak
Pengobatan bergantung pada kondisi aneurisma. Bila ukurannya kecil, belum pecah, dan tak menunjukkan gejala, maka dilakukan observasi berkala dan langkah pencegahan agar tidak membesar atau pecah. Tindakan yang dianjurkan meliputi:
- Menghindari obat stimulan
- Tidak merokok
- Menjaga tekanan darah
- Membatasi makanan tinggi lemak
- Mengatur pola makan sehat
- Mengurangi konsumsi kafein
- Tidak mengangkat benda berat
- Menurunkan berat badan secara sehat
Jika aneurisma berisiko pecah atau sudah pecah, diperlukan tindakan bedah segera. Jenis prosedur yang dapat dilakukan meliputi:
- Pembedahan dengan Penjepitan (Surgical Clipping)
Dilakukan dengan membuka bagian tengkorak untuk menjepit langsung bagian aneurisma yang pecah.
- Koiling Endovaskular
Tanpa membuka kepala, dokter memasukkan kateter melalui pembuluh darah untuk memasang koil yang menutup area pecahnya aneurisma.
- Flow Diverter
Jika dua metode sebelumnya tidak memungkinkan, dokter akan memasang stent (alat khusus) di dalam pembuluh darah untuk mengalihkan aliran darah dari titik aneurisma.
Semua tindakan pembedahan tetap memiliki potensi komplikasi, seperti stroke atau kerusakan jaringan otak, sehingga harus dilakukan secara cermat oleh tenaga medis profesional.
Upaya Pencegahan
Meskipun tidak semua aneurisma bisa dicegah, beberapa langkah bisa dilakukan untuk menurunkan risikonya:
- Berhenti merokok
- Menjaga pola makan sehat dan rendah garam
- Mengurangi konsumsi alkohol
- Menjaga berat badan ideal
- Rutin berolahraga
- Mengurangi konsumsi kafein
Mewaspadai aneurisma otak dan mengenali gejalanya sejak dini bisa menjadi langkah penting dalam mencegah kondisi yang lebih serius. Jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter jika mengalami tanda-tanda yang mencurigakan.
Jika Anda mengalami gangguan kesehatan dan membutuhkan pengobatan segera, Anda bisa kunjungi Klinik Dharmahusada Premier untuk mendapatkan pengobatan dan penanganan yang Anda butuhkan.
Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa hubungi kami di:
0315921101
085233664118
Atau Anda bisa kunjungi Klinik Dharmahusada Premier di Jl. Raya Dharma Husada Indah No.26, Mojo, Kec. Gubeng, Kota SBY, Jawa Timur 60285