Senin - Jumat07:00-21:00Sabtu07:00-13:00Hubungi kami+0315921101

FISIOTERAPI

Short Wave Diathermy (SWD)





Diathermy merupakan aplikasi energi elektromagnetik dengan frekuensi tinggi yang terutama digunakan untuk membangkitkan panas dalam jaringan tubuh. Diathermy juga dapat digunakan untuk menghasilkan efek-efek nonthermal. Diathermy yang digunakan sebagai modalitas terapi terdiri atas Short Wave Diathermy (yang akan dibahas) dan Micro Wave Diathermy.

Short wave diathermy adalah modalitas terapi yang menghasilkan energi elektromagnetik dengan arus bolak balik frekuensi tinggi. Federal Communications Commision (FCC) telah menetapkan 3 frekuensi yang digunakan pada short wave diathermy, yaitu :

  1. Frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter.
  2. Frekuensi 13,56 MHz dengan panjang gelombang 22 meter.
  3. Frekuensi 40,68 MHz (jarang digunakan) dengan panjang gelombang 7,5 meter.

Frekuensi yang sering digunakan pada SWD untuk tujuan pengobatan adalah frekuensi 27,12 MHz dengan panjang gelombang 11 meter.

Short Wave Diathermy yang digunakan dalam pengobatan mempunyai 2 arus yaitu arus Continuos SWD dan Pulsed SWD.

1) Continous Short Wave Diathermy (CSWD)

Pada penerapan Continous SWD, energi thermal dominan terjadi dalam jaringan. Setiap jaringan yang menerima panas memiliki tahanan yang berbeda-beda. Jaringan lemak cepat menyerap panas daripada otot (1 : 10), sedangkan jaringan otot lebih cepat menyerap panas daripada kulit. Secara fisiologis, jaringan otot tidak memiliki “thermosensor” tetapi hanya pada jaringan kulit, sehingga dengan adanya rasa panas di kulit saat pemberian Continous SWD maka sebenarnya sudah terjadi “overthermal” pada jaringan otot dibawahnya karena jaringan otot lebih cepat menerima panas daripada kulit. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika panas yang diterima jaringan melebihi batas tertentu maka jaringan akan menjadi rusak; menurut Thomas H (2003) ukuran subyektif sebagai batas tertentu adalah jika penderita merasa hangat.

Menurut Hollander JS (2009) bahwa para peneliti menyatakan pemberian Continous SWD pada kondisi artrose adalah kontraindikasi, dan bahkan sebagian besar penelitian melarang pemberian Continous SWD pada arthritis. Hal ini disebabkan karena didalam sendi terdapat suatu asam “Hyaluronik” yang suhu optimalnya adalah 36,7o, dan sangat sensitif terhadap penambahan suhu. Dengan penambahan suhu 1o saja (terjadi pada pemberian CSWD) maka suhunya menjadi 37,4o, sementara pada suhu 37o saja akan mengaktifkan cairan/enzym hyaluronidase yang dapat merusak ujung-ujung tulang rawan sendi, dan kita ketahui bahwa kerusakan tulang rawan sendi tidak akan pernah mengalami regenerasi/reparasi.

Continous SWD utamanya menimbulkan efek thermal, sehingga menghasilkan efek fisiologis berupa peningkatan sirkulasi darah dan proses metabolisme.

2) Pulsed Short Wave Diathermy (PSWD)

Sekitar tahun 2000, mulai digalakkan penelitian baru terhadap Pulsed SWD sebagai salah satu efek terapi baru bagi SWD. Dalam penelitian tersebut dilakukan penerapan Pulsed SWD pada hapusan susu, dan ternyata pada hapusan susu tersebut terlihat suatu bentuk “untaian kalung”. Kemudian bentuk tersebut juga terjadi pada cairan darah, limpha dan eiwit. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa Pulsed SWD sangat bermanfaat dalam menghasilkan efek terapeutik, sedangkan efek fisiologisnya hanya timbul sedikit (pengaruh panas hanya minimal). Pada Pulsed SWD, mempunyai energi/power output yang maksimum sampai 1000 W. Meskipun demikian, energi/power output rata-rata adalah jauh lebih rendah yaitu antara 0,6 – 80 watt (tergantung pada pemilihan frekuensi pulse repetition) sehingga memungkinkan aplikasi pengobatan subthermal dengan peningkatan efek-efek biologis. Oleh karena itu, terapi Pulsed SWD sangat cocok untuk pengobatan terhadap gangguan-gangguan akut dimana terapi panas merupakan kontraindikasi.

Jika kita menerapkan Pulsed SWD (PSWD), maka akan menghasilkan pulsasi rectangular dengan durasi pulsasi 0,4 ms. Power maksimum dari pulsasi tersebut dapat diatur sampai 1000 W. Ketika menggunakan aplikasi kondensor maka energi power dapat diatur sampai nilai maksimum. Interval pulsasi yang dihasilkan bergantung pada pemilihan frekuensi pulsasi repetition (15 – 200 Hz), sedangkan ukuran produksi panas dalam Pulsed SWD adalah mean power (watt). Mean power yang dihasilkan sangat bergantung pada pemilihan intensitas arus dan frekuensi pulsasi repetition. Semakin rendah frekuensi pulsasi repetition yang dipilih maka semakin rendah mean powernya. Dengan demikian, penerapan Pulsed SWD dapat memungkinkan kita memilih intensitas arus yang tinggi (power pulsasi) dengan pemilihan frekuensi pulsasi repetition yang selektif dan sesuai dengan kondisi penyakit/gangguan.

c. Efek Fisiologis

1) Perubahan panas/temperatu

a) Reaksi lokal/jaringan

    • (1) Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal sekitar + 13% setiap kenaikan temperatur 1º C.
    • (2) Meningkatkan vasomotion sphincter sehingga timbul homeostatik lokal dan akhirnya terjadi vasodilatasi lokal.

b) Reaksi general

    • Mengaktifkan sistem thermoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan kenaikan temperatur darah untuk mempertahankan temperatur tubuh secara general.
    • Penetrasi dan perubahan temperatur terjadi lebih dalam dan lebih luas

2) Jaringan ikat

Meningkatkan elastisitas jaringan ikat lebih baik seperti jaringan collagen kulit, tendon, ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya viskositas matriks jaringan; pemanasan ini tidak akan menambah panjang matriks jaringan ikat sehingga pemberian SWD akan lebih berhasil jika disertai dengan latihan peregangan.

3) Otot

    • Meningkatkan elastisitas jaringan otot.
    • Menurunkan tonus otot melalui normalisasi nocisensorik, kecuali hipertoni akibat emosional dan kerusakan SSP.

4) Saraf

    • Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf.
    • Meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang rangsang (threshold).

d. Indikasi

Indikasi SWD baik continuos SWD maupun pulsed SWD adalah kondisi-kondisi subakut dan kronik pada gangguan neuromuskuloskeletal (seperti sprain/strain, osteoarthritis, cervical syndrome, NPB dan lain-lain).

e. Kontraindikasi

Kontraindikasi dari continuos SWD adalah pemasangan besi pada tulang, tumor atau kanker, pacemaker pada jantung, tuberkulosis pada sendi, RA pada sendi, kondisi menstruasi dan kehamilan, regio mata (kontak lens) dan testis. Kontraindikasi dari pulsed SWD adalah tumor atau kanker, pacemaker pada jantung, regio mata dan testis, kondisi menstruasi dan kehamilan. Pada gangguan akut neuromuskuloskeletal merupakan kontraindikasi dari continuos SWD tetapi bagi pulsed SWD bisa diberikan dengan pulsasi yang rendah.



Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation(TENS)





Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) adalah sebuah prosedur untuk meredakan nyeri yang melibatkan penggunaan arus listrik tegangan rendah. Mesin TENS berukuran kecil dan tenaganya dari baterai yang disambungkan dengan lempeng kecil yang disebut elektroda.

Karena penelitian mengenai efektivitas TENS masih kurang, para ahli dan peneliti belum dapat menentukan apakah TENS merupakan prosedur yang efektif untuk mengurangi rasa nyeri. Walaupun begitu, TENS dapat dipertimbangkan sebagai salah satu jenis penanganan nyeri pada banyak orang karena risikonya rendah.

Kenapa transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) diperlukan?
Indikasi dilakukan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) adalah untuk meredakan nyeri akut (nyeri yang dirasakan dalam jangka pendek) dan nyeri kronis (nyeri yang dirasakan dalam jangka panjang).

Siapa yang membutuhkan TENS?
Orang-orang yang membutuhkan prosedur TENS adalah yang mengalami:

  • Pengapuran sendi atau osteoarthritis
  • Fibromialgia (nyer pada otot, tendon, dan persendian di seluruh tubuh, terutama di area tulang belakang)
  • Tenditinis (inflamasi atau iritasi pada tendon)
  • Bursitis (inflamasi pada bantalan sendi)
  • Nyeri yang berhubungan dengan pekerjaan tertentu
  • Nyeri punggung belakang bawah
  • Nyeri panggul kronis
  • Neuropati diabetik (gangguan saraf tepi pada penderita diabetes)
  • Penyakit arteri perifer

Walaupun begitu, tidak semua orang merupakan kandidat yang baik untuk menjalani TENS. TENS tidak dianjurkan pada orang yang:

  • Wanita hamil
  • Penderita epilepsi
  • Penderita penyakit jantung
  • Orang yang telah menjalani pemasangan pacu jantung atau implant listrik/logam lainnya dalam tubuhnya.
  • Orang yang mengalami thrombosis vena dalam atau tomboflebitis
  • Orang yang mengalami gangguan pembekuan darah atau sedang mengalami perdarahan aktif
  • Penderita kanker
  • Pada orang yang mengalami masalah komunikasi atau mengalami gangguan mental yang tidak dapat mengkomunikasikan feedback saat dilakukan tindakan

Apa saja persiapan sebelum menjalani TENS?
Persiapan yang dapat Anda lakukan sebelum menjalani prosedur TENS antara lain:

  • Diskusikanlah dengan dokter mengenai manfaat dan risiko prosedur
  • Komunikasikan dengan dokter bila Anda mengalami kondisi medis tertentu untuk memastikan apakah prosedur ini aman untuk Anda atau tidak

Bagaimana TENS dilakukan?
Mesin TENS dapat Anda beli dan gunakan sendiri di rumah. Pastikan konsultasikan dulu dengan dokter apakah Anda boleh menggunakannya sehari-hari. Secara garis besar cara penggunaan TENS adalah sebagai berikut:

Pasangkan elektroda pada area tubuh yang nyeri atau pada titik akupunktur.Titik akupunktur adalah titip pada tubuh yang akan menghasilkan hormone penghilang nyeri endorphin ketika dirangsang.
Pada pekerja tertentu, elektroda dipasang pada punggung bawah belakang untuk mengurangi nyeri saat melakukan pekerjaan yang berulang.
Ketika elektroda telah terpasang di tempat yang benar, nyalakan mesin TENS. Mesin TENS dilengkapi dengan remote kontrol untuk mengatur kekuatan impuls listrik yang dihasilkan. Mulailah dengan impuls listrik yang kecil dan secara perlahan tingkatkan impuls listrik tersebut sampai sensasinya terasa kuat namun tidak menimulkan ketidaknyamanan.
Bila sudah selesai, matikan mesin TENS dan lepaskan elektroda dari tubuh Anda.

Apa saja yang perlu diperhatikan setelah TENS?
Efektivitas TENS dalam mengurangi nyeri bervariasi antara satu orang dengan yang lain. Beberapa orang melaporkan rasa nyeri kembali setelah alat TENS dimatikan, namun ada yang bebas nyeri selama hampir 24 jam setelah menjalani prosedur TENS.

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa efektivitas TENS dalam mengurangi nyeri meningkat dengan semakin sering menjalani TENS. Namun hal ini juga menyebabkan kondisi toleransi yang mengakibatkan seseorang akan membutuhkan TENS dengan intensitas dan frekuensi yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek pengurangan nyeri yang sama.

Apa saja komplikasi transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)?
Seperti prosedur medis lainnya, TENS juga memiliki beberapa risiko, seperti: reaksi alergi terhadap pad elektroda dan risiko lain pada orang-orang yang sedang hamil, telah menjalani pemasangan pacu jantung, mengalami epilepsi, dan kondisi-kondisi medis lainnya.



Ultrasound Diathermy(USD)





Terapi ultrasound adalah metode pengobatan yang menggunakan teknologi ultrasound atau gelombang suara untuk merangsang jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Walaupun telah lama digunakan di bidang kedokteran untuk berbagai tujuan, teknologi ultrasound lebih dikenal sebagai alat pemeriksaan daripada sebagai alat terapi. Salah satu keuntungan terapeutik dari ultrasound yang belum terlalu dikenal adalah pengobatan cedera otot. Oleh karena itu, terapi ultrasound sering digunakan dalam pengobatan muskuloskeletal dan cedera akibat olahraga.

Keberhasilan penggunaan teknologi ultrasound sebagai alat terapi bergantung pada kemampuannya untuk merangsang jaringan yang ada di bawah kulit dengan menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi, mulai dari 800.000 Hz – 2.000.000 Hz. Efek penyembuhan dari ultrasound pertama ditemukan pada sekitar tahun 1940. Awalnya, terapi ini hanya digunakan oleh terapis fisik dan okupasi. Namun, saat ini penggunaan terapi ultrasound telah menyebar ke cabang ilmu kedokteran lainnya.

Siapa yang Perlu Menjalani Terapi Ultrasound dan Hasil yang Diharapkan
Saat ini, terapi ultrasound lebih banyak digunakan dalam pengobatan cedera muskuloskeletal. Pasien yang dapat memanfaatkan teknologi ultrasound sebagai terapi muskuloskeletal adalah mereka yang menderita penyakit berikut:

  • Plantar fasciitis (peradangan pada fascia plantar di tumit)
  • Siku tenis
  • Nyeri pada bagian bawah punggung
  • Penyakit temporomandibular
  • Ligamen yang terkilir
  • Otot yang tegang
  • Tendonitis (peradangan tendon)
  • Peradangan sendi
  • Metatarsalgia (peradangan sendi metatarsal di telapak kaki)
  • Iritasi sendi facet
  • Sindrom tabrakan (impingement syndrome)
  • Bursitis (peradangan bursa/kantung cairan sendi)
  • Osteoartritis (pengapuran sendi)
  • Jaringan luka
  • Artritis reumatoid

Namun, tergantung pada cara dan tingkat penggunaan terapi ultrasound, terapi ini juga dapat digunakan untuk menangani penyakit yang serius dan kronis seperti kanker. Jenis metode terapi ultrasound antara lain adalah:

  • Lithotripsi (untuk menghancurkan batu di saluran kemih)
  • Terapi kanker
  • Pemberian obat tepat sasaran dengan ultrasound
  • Ultrasound Intensitas Tinggi (High Intensity Focused Ultrasound/HIFU)
  • Pemberian obat dengan ultrasound trans-dermal
  • Penghentian pendarahan (hemostasis) dengan ultrasound
  • Trombolisis dengan bantuan ultrasound

Setelah dipancarkan pada bagian tubuh yang membutuhkan pengobatan, teknologi ultrasound akan menyebabkan dua efek utama: termal dan non-termal. Efek termal disebabkan oleh penyerapan gelombang suara ke jaringan halus tubuh, sedangkan efek non-termal disebabkan oleh microstreaming, streaming akustik, dan kavitasi, atau akibat bergetarnya jaringan yang menyebabkan terbentuknya gelembung mikroskopis.

Cara Kerja Terapi Ultrasound
Terapi ultrasound memiliki banyak tingkat, tergantung pada frekuensi dan intensitas dari suara yang digunakan. Tingkat keragaman yang tinggi ini sangat menguntungkan untuk alat terapeutik karena terapis dapat menyesuaikan intensitas terapi agar sesuai dengan penyakit yang ditangani. Namun pada dasarnya terapi ultrasound bekerja dengan menggunakan gelombang suara yang ketika dipancarkan pada bagian tertentu tubuh dapat meningkatkan suhu dari jaringan tubuh yang rusak.

Untuk pengobatan muskuloskeletal, terapi ultrasound bekerja dengan tiga cara:

  • Mempercepat proses penyembuhan dengan memperlancar aliran darah di bagian tubuh yang mengalami gangguan.
  • Menyembuhkan peradangan dan edema (penimbunan cairan), sehingga dapat mengurangi rasa sakit.
  • Memperlunak jaringan luka

Terapi ultrasound juga dapat digunakan untuk:

  • Menghancurkan timbunan zat asing di dalam tubuh, seperti timbunan kalkulus, mis. batu ginjal dan batu empedu; ketika telah dipecahkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, dapat dikeluarkan dari tubuh dengan aman dan mudah
  • Meningkatkan proses penyerapan dan keberhasilan obat di bagian tubuh tertentu, mis. memastikan bahwa obat kemoterapi mengenai sel kanker otak yang tepat
  • Menghilangkan timbunan kotoran ketika tindakan pembersihan gigi
  • Membantu sedot lemak, mis. sedot lemak dengan bantuan ultrasound
  • Membantu dalam skleroterapi atau perawatan laser endovenous, yang dapat digunakan sebagai metode penghilangan varises non-bedah
  • Memicu agar gigi atau tulang dapat tumbuh kembali (hanya ketika menggunakan denyut ultrasound intensitas rendah)
  • Menghilangkan penghalang darah di otak (blood-brain barrier) agar obat dapat diserap tubuh dengan baik
  • Bekerja bersama antibiotik untuk menghancurkan bakteri

Untuk mendapatkan manfaat dari terapi ini, ultrasound harus dipancarkan pada kulit dari bagian tubuh yang mengalami kerusakan dengan menggunakan transduser atau alat yang dirancang khusus untuk terapi ini. Saat gelombang suara telah dipancarkan, gelombang tersebut akan diserap oleh jaringan halus tubuh, seperti ligamen, tendon, dan fascia.

Kemungkinan Komplikasi dan Resiko Terapi Ultrasound
Walaupun teknologi ultrasound telah banyak digunakan, namun tetap ada panduan cara penggunaan ultrasound yang aman. Panduan ini bertujuan untuk mencegah risiko tertentu yang dapat terjadi, sekecil apapun kemungkinannya. Risiko tersebut meliputi:

  • Luka bakar akibat terapi ultrasound
  • Pendarahan akibat terapi mekanis
  • Efek biologis yang tidak terlalu berpengaruh namun tidak dapat diperkirakan

Namun, karena terapi ultrasound hanya menggunakan gelombang suara sebagai komponen utama dalam pengobatan, terapi ini tidak memiliki risiko bahaya seperti terapi lainnya seperti bahaya dari terapi radiasi. Selain itu, pasien tidak berisiko terkena kanker, walaupun terapi ultrasound dilakukan berkali-kali dan jumlah gelombang suara yang dikenakan pada pasien bertambah.

Untuk memastikan keamanan dan keselamatan pasien, risiko dan keuntungan dari terapi ultrasound harus dicermati dengan seksama. Sebelum menjalani terapi ultrasound, pasien harus membandingkan keuntungan yang bisa didapatkan dengan risiko yang bisa terjadi.



silahkan klik tombol untuk melihat

LAYANAN DHPClinic



Klinik Utama Dharmahusada Premier merupakan klinik Utama yang berlokasi di area Dharmahusada. Dengan seluruh tenaga medis profesional, Klinik Utama Dharmahusada Premier menghadirkan pelayanan komprehensif yang meliputi perawatan promotif, preventif, dan kuratif. Segala tindakan medis ditangani oleh tenaga medis ahli dan berpengalaman, serta menggunakan teknologi yang modern.



Social Media


Facebook

www.facebook.com/dhpclinic


Twitter

@dhpcclinic


Instagram

@dhpclinic



Hubungi Kami


Whatsapp

085233664118


Telepon

(031)5921101


Email

klinik.dharmahusadapremier@gmail.com


Copyright by Markbro 2024. All rights reserved.